Kehidupan tak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan.
Banyak orang yang hidupnya jauh dari kata sempurna.
Sementara itu, masih banyak orang-orang yang sering mengeluh tentang kehidupannya.
Padahal, ada banyak orang di luar sana yang hidup serba kekurangan.
Sebuah kisah menyentuh datang dari Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Bahroni Susanto, warga Dusun Tamanan, Desa Sambi, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri kondisinya sungguh memprihatinkan.
Di usianya yang kini 37 tahun, pria tersebut hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur.
Diketahui, Bahroni menderita sakit ayan atau epilepsi.
Sewaktu-waktu penyakitnya bisa kambuh hingga ia mengalami kejang-kejang.
Sehari-hari, ia hanya bisa tidur di sebuah ranjang bambu di belakang rumahnya.
Tak cukup menderita epilepsi, Bahroni kini juga menderita decubitus.
Dilansir dari Wikipedia, decubitus adalah mati jaringan karena jaringan darah pada suatu bagian kulit dirintangi oleh tekanan yang terjadi terus menerus.
Hal ini bisa terjadi akibat duduk dan tidur terlalu lama atau koma.
Sebulan terakhir, kaki kanan Bahroni yang mengalami decubitus mulai membusuk.
Bahkan aroma bau tidak sedap sudah tercium dari jarak sekitar 3 meter.
Sehingga keluarganya kemudian membuatkan gubuk sederhana yang terpisah dari rumah ukuran 3 x 3 meter di belakang rumahnya.
Di gubuk sederhana itu Bahroni dirawat keluarganya.
Dari kaki kanannya yang membusuk warnanya mulai menghitam telah mengeluarkan cairan.
Kaki kanan yang mengalami pembusukan ini mulai dari betis hingga telapak kaki.
Sehingga di bawah kakinya disiapkan daun pisang serta alas perlak.
Setiap hari ibunya, Katmini (68), yang merawat dan menyiapkan makanan.
Termasuk mengganti pelepah daun pisang yang menjadi alas kaki kanannya.
Bahroni dan keluarga diketahui tak mendapat penanganan medis.
Katmini sendiri mengaku pasrah dengan penyakit yang diderita anak kedua dari 4 bersaudara.
�Dulu pernah saya bawa ke RSUD Gambiran, tapi tidak ada perubahan. Sekarang saya rawat sendiri di rumah,� ungkapnya.
Sejauh ini Katmini mengaku masih belum ada rencana membawa lagi anaknya ke rumah sakit.
�Biarlah saya rawat sendiri dengan memberikan pengobatan alternatif,� tambahnya.
Obat alternatif yang diberikan hanya binahong serta rebusan daun jarak dan suruh.
Air rebusan itu yang diusapkan ke kami kanan anaknya yang mulai mengalami pembusukan.
Bahroni Susanto sebenarnya memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Hanya saja fasilitas berobat gratis bagi warga kurang mampu itu tidak dimanfaatkan.
Termasuk petugas puskesmas sejauh ini belum ada yang melakukan home visit untuk merawat penderita.
Diakui Katmini, anaknya sejak masih kecil sudah sering sakit-sakitan.
Bermula sakit step yang sering kambuh.
Karena penyakitnya, Bahroni hanya tamat SD dan tidak meneruskan sekolah lagi.
Apalagi kondisi fisiknya terus melemah hingga mengalami kelumpuhan.
Terlebih waktunya dihabiskan dengan berbaring membuat luka di kakinya mengalami decubitus hingga membusuk.
Bahroni sendiri sebenarnya masih berharap mendapatkan pengobatan medis.
Hanya saja karena keterbatasan kondisi keluarganya membuatnya hanya bisa pasrah.
�Semoga sakit saya masih ada obatnya,� harapnya.
Sumber:tribunnews.com